Beberapa Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur Sistemik
Jamur merupakan salah
satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan
jamur pada manusia disebut mikosis. Mikosis dikelompokkan
atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial,
mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang
diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau
berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder
akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari
mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat
menunjang proses penyembuhan.
1. Mikosis Superfisial
Adalah infeksi yang
disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit,
rambut, kuku.
a) Tinea versicolor
Merupakan infeksi ringan
yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak
terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak
putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan
perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari
penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15
menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan
mengangkat kateter yang terpasang.
b) Tinea nigra
Infeksi pada lapisan
kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak
tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan
tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang
menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan
pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.
c) Piedra
Dapat dikelompokan
menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black
Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra)
terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
d) Tinea Flavosa : Infeksi
pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkuku, disebabkan oleh
Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih
pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor,
Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat
menyebabkan kebotakan yang menetap.
e) Otomycosis : Infeksi
pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus,
Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa
gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi
skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.
2. Mikosis Kutan
Adalah infeksi yang
disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang
terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih
dalam.
a) Tinea pedis (kaki atlet)
Infeksi menyerang
jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil
yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum,
T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah,
dapat juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan
lingkungan.
Pengobatan : Fase akut :
rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian
berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam
undersilat, krim mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan
bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
b) Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap)
Menyerang kulit tubuh
yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes,
E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan
belum terserang.
Klinis : Sering
menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi
oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua
dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora
mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada
lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan
lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam
salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.
c) Tinea kaptitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum,
terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa
puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak
diobati akan menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai
pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding
keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut
menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit
kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel,
pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada
mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga
kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari
anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama.
Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering
keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
3. Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh
jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan
jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
a) Sporotrichosis
Akibat infeksi
Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan
atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar
melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses
atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir
tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada
persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan
menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus
infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian
dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.
b) Kromoblastosis
Infeksi kulit
granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi,
Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat
jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di
alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya
nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma
ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip
kutil tersebar di aliran getah bening.
Pencegahan : Pemakaian
sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,
kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus
lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi
dengan flusitosin atau itrakonazol.
c) Mycetoma (madura foot)
Infeksi pada jaringan
subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman
(mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk
abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai
granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan
meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (
lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : dengan
kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini
sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu
penyembuhan.
4. Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur
yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat
infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing
jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik,
artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam
jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37o C. Mikosis subkutan akut
kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi skunder.
a) Blastomikosis
Infeksi yang terjadi
melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang
dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan
Blastomycetes brasieliensi.
Klinis : Kasusnya
bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh
dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat
dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat
malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi
pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.
b) Kokodiodomikosis
Disebabkan oleh
Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang -paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah
demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam
valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis
biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita
dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan
pemberian azol oral dalam beberapa bulan.
c) Hitoplasmosis :
Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan
kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau
ternak)
Klinis : Infeksi terjadi
melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar
akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar
secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa
sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan
defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan
limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada
hidung, mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam
tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah
menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan
tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.
d) Parakoksidiomikosis :
Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces
brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah
bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk
lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati,
selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian
sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika
penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan
keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan
Amfoterisin.