Rabu, 14 Oktober 2015

-CURCUMA XANTHORRHIZA-

A.  Tinjauan Botani
Klasifikasi
·         Kerajaan          : plantae
·         Divisio             : Spermatophyta
·         Sub-diviso       : Angiospermae
·         Kelas               : Monocotyledoneae
·         Ordo                : Zingiberales
·         Famili              : Zungiberaceae
·         Genus             : Curcuma
·         Species           : Curcuma xanthorrhiza ROXB

Ekologi dan Penyebaran
Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alang – alang , ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada ketinggian tempat 5 m sampai 1500 m di atas permukaan laut.

B.     Tinjauan Kimia
Kandungan kimia temulawak.
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman dan obat, diperoleh sejumlah zat / senyawa dalam rimpang temulawak antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan kurkumin 2,29%. Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid .
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar 3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren, mirsen,p-toluil metikarbinol, pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan atlantone.
1. Pati temulawak terdiri dari abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan dan kadnium (Sidik, 1985). pati rimpang temulawak dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat, yang digunakan untuk bahan makanan atau campuran bahan makanan.
2. Fraksi kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin yang mempunyai aktivitas antiradang dan desmetoksikurkumin.
3. Minyak asiri berupa cairan berwarna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam. Komposisinya tergantung pada umur rimpang, tempat tumbuh, teknik isolasi, teknik analisis, perbedaan klon varietas dan sebagainya.

Kandungan kimia minyak atsiri temulawak :
Alto-Aromadendre, β–Atlanton, α–Bergamoten, β-Bisabolol, Bisacumol, Bisacuron, Bisacuron A, Bisacuron B, Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol, Isoborneol, Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol, Ar-kurkumen, α- kurkumen, β- kurkumen, Kurkufenol , Kurzeren, Kurzerenon, P- Sinem, 2-(1,5-Dimetilheks-4-enil) 4 metilfenol, β– Elemen, δ – Elemen, γ – Elemen, β- Famesen, Furanodienon, Germakonm, Isofuranogermakren, Limonen, Linalol, Mirsen, α- Pinen, β- Pinen, Sabinen, β-Seskuifelandren, α- Terpineol, Trisiklen, Turmerol, Ar-turmeron, α-Turmeron, β-turmeron, Xantorizol dan Zingiberen.

Xanthorrhizol
Zat aktif yang banyak terdapat dalam tanaman ini salah satunya adalah Xanthorrhizol. Xanthorrhizol merupakan salah satu komponen dari minyak atsiri dari golongan seskuiterpenoid. Seskuiterpen merupakan senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprene. Seperti monoterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan bunga.

Sifat fisikokimia Xanthorrhizol
Nama IUPAC : 5-(1,5-dimetilheks-4-enil)-2-metilfenol
Rumus kimia  
C15H22O

Sumber          
Isolasi dari Curcuma xanthorrhiza.

Kemurnian     
≥97% (HPLC)

Identifikasi        : H-NMR, C-NMR, MS

Pemerian :
Tak berwara hingga kuning muda

Kelarutan :
Larut dalam  DMSO dan 100% etanol.

Penyimpanan:
Terlindung dari cahaya.




C.  Tinjauan Farmakologi
Rimpang temulawak memiliki beberapa khasiat seperti :
  1.    Anti bakteri
  2.    Anti kanker
  3.    Anti inflamasi (Anti radang)
  4.     Amara (peningkat nafsu makan)
  5.     Meningkatkan vitalitas Tubuh
  6.    Analgetik (anti nyeri)
  7.    Antacid
  8.    Laksativ (pencahar)
  9.    Antisariawan
  10.  Menghilangkan jerawat

  
DAFTAR PUSTAKA
·         Trevor, Robinson. (1995). Kandungan Organ Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung
·         J.B., Harborne. (1996). Metode Fitokimia. Bandung: Institut Teknologi Bandung