Senin, 24 Oktober 2016

Terapi HIPERTENSI

Rasanya hipertensi atau tekanan darah tinggi sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tapi, apakah yang anda pikirkan mengenai hipertensi sudah tepat? Bagaimana dengan terapi hipertensi itu sendiri? Jika anda belum jelas mengenai semua itu, semoga artikel ini dapat membantu...

DEFINISI HIPERTENSI
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

TERAPI HIPERTENSI
Secara umum, terapi untuk hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu terapi non farmakologis dengan car amengubah pola hidup dan terapi secara farmakologis dengan menggunakan obat-obat anti hipertensi. Berikut ulasannya:
1. Terapi Non Farmakologi (diet)
Tujuan dari penatalaksanaan diet  :
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi  :
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

2. Terapi Farmakologi dengan obat-obat anti hipertensi
Tujuan terapi secara keseluruhan adalah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Target tekanan darah setelah terapi adalah 140/90 mmHg untuk Hipertensi tanpa komplikasi dan 130/90 mmHg untuk penderita hipertensi dengan DM atau ginjal kronik. Berikut obat-obat yang memiliki efek antihipertensi:
a. Diuretik, adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Secara lebih spesifiknya, dibedakan menjadi diuretik thiazide, diuretik hemat kalium, antagonis aldosteron. Contoh obat golongan ini yaitu furosemid, hidroklortiazid, dan spironolakton.
b. Antagonis Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. ACEI ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. Contoh obat golongan ini diantaranya Captopril, Lisinopril dan Ramipril
c. Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB), lebih efektif dari pada penghambat –ACE, karena jalur ke dua melalui enzim chymase juga dirintangi. Dengan demikian efek-efek angiotensin  II di blokir seperti peningkatan tekanan darah dan ekskresi kalium, retensi natrium dan air. Zat-zat ini menimbulkan vasodilatasi (terutama dari pembuluh nadi), yang umumnya tidak disertai peningkatan besar dari volume menit jantung dan reflextachicardia. Contoh obat golongan ini yaitu Losartan dan Valsartan.
d. β-reseptor bloker, obat-obat golongan ini memiliki sifat kimia yang sangat mirip β-adrenergik isoprenalin. Cara kerja utamanya adalah anti adrenergik dengan jalan menenpati reseptor β adrenergik secara kompetitif. Blokade reseptor ini menyebabakan penurunan kekuatan aktivitas adrenalain dan nor adrenalin sehingga tekanan darah akan menurun. Contoh obat dari golongan ini adalah: propanolol,metoprolol,labetalol
e. Antagonis kalsium, obat-obat ini memiliki mekanisme dengan jalan menghambat influks kalsium ke dalam otot polos arteri dan dengan memperlebar arteriol perifer sehingga dapat mengurangi tekanan darah Contoh obat dari golongan ini adalah: nifedipin,verapamil, dan diltiazem.
f. α1 –bloker, obat golongan ini bekerja dengan cara menginhibisi katekolamine pada sel otot polos vaskular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Contoh obat golongan ini yaitu Prazosin dan doksazosin.
g. Antagonis α2 – Pusat, obat-obat ini mempunyai mekanisme menurunkan tekanan darah dengan cara menstimulasi reseptor α2 adrenergik di otak, yang mengurangi aliran simpetetik dari pusat vasomotor dan meningkatkan tonus vagal. Contoh obat dari golongan ini adalah metildopa dan klonidin.
h. Reserpin, mengosongkan norepinefrin dari saraf akhir simpatik dan memblok transpor norepinefrin ke dalam granul penyimpanan. Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah norepinefrin (<jumlah biasanya) dilepas kedalam sinaps. Pengurangan tonus simpatetik menurunkan resistensi perifer tekanan darah.
i. Vasodilator, mekanisme vasodilator dalam menurunkan tekanan darah adalah dengan merelaksasi otot polos arteriol sehingga terjadi penurunan tahanan vaskular sistemik. Contoh obat dari golongan ini adalah:hidralazin dan minoksidil.
j. Inhibitor Simpatetik Postganglion, bekerja dengan cara mengosongkan norepinefrin dari terminal saraf simpatetik postganglion dan inhibisi pelepasannorepinefrin terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Contoh obatnya yaitu guanethidin dan guanadrel.

Itulah sekilas penjelasan mengenai terapi hipertensi baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Jika masih bingung mengenai obat antihipertensi anda, konsultasikan dengan Apoteker... TANYA OBAT, TANYA APOTEKER...
Salam Sehat Untuk Kita Semua

-Young Pharmacist-

SUMBER:
Yulinah, Elin, dkk.  2008. ISO Farmakoterapi Buku 1. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

Vitamin

1. Definisi
Vitamin  adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi olehenzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

2. Pengelompokan
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B. Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen makanan.
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena itulah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.

3. Fungsi
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.
Beberapa vitamin baru aktif setelah mengalami aktivasi invivo. Aktivasi vitamin larut air dapat berupa fosforilasi dan dapat juga dengan mengikatkan diri dengan nukleotida purin atau pirimidin. Vitamin larut air berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu, sedanglan vitamin A dan D mempunyai sifat lebih menyerupai hormon dan mengadakan interaksi dengan reseptor spesifik intraseluler pada jaringan target.

4. Asupan Vitamin yang Berlebihan
Asupan vitamin yang berlebihan bisa disebabkan oleh:
a. Penggunaan vitamin dalam jumlah besar beik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit yang tidak ada kaitannya dengan defisiensi vitamin.
b. Penggunaan rutin dalam jumlah melebihi AKG, karena adanya anggapan bahwa vitamin dapat memberi tambahan energi dan membuat seseorang lebih sehat
c. Banyak sediaan yang mengandung vitamin dalam jumlah besar yang dinyatakan sebagai suplemen makanan dan dapat dibeli tanopa resep dokter

5. Asupan Vitamin yang Kurang
Asupan vitamin yang kurang dapat terjadi sebagai akibat dari:
a. Asupan makanan yang tidak mencukupi
b. Gangguan absorpsi vitamin
c. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan vitamin
Selain itu dapat pula karena adanya kelainan genetik. Pada keadaan-keadaan tersebut, tambahan asupan vitamin dibutuhkan untuk menghindari defisiensi vitamin.


Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.

http://www.amazine.co/88/apakah-manfaat-kesehatan-vitamin-b-kompleks/